Dua Tahun Ramadhan Diselimuti Pandemi, Dekan FAI: Mari Tingkatkan Ketakwaan dan Kepedulian
![]() |
Foto: Dr. Sopa, M. Ag. (Dekan FAI UMJ) saat diwawancarai pada Selasa, (20/04). |
Cireundeu, Supermedia.co – Pada bulan ramadhan tahun ini, Indonesia dan negara-negara lainnya masih dihadapkan dengan wabah Covid-19. Situasi dan kondisinya pun sedikit masih sama dengan ramadhan sebelumnya, namun, lebih sedikit dilonggarkan. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sopa, menyampaikan pesan bahwa ramadhan tahun ini harus dijadikan ajang untuk meningkatkan ketakwaan dan kepedulian.
Jika sebelumnya saat ramadan tahun lalu pemerintah masih meningkatkan ketaatan dan ketertiban guna mencegah penaikan grafik Covid-19, kali ini pemerintah sedikit melonggarkan kegiatan masyarakat, salah satunya yaitu dalam beribadah untuk umat muslim, yang tercantum dalam Surat Edaran Kementrian Agama RI nomo 03 Tahun 2021 Tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1442 H.
Hal itu dipertegas oleh Sopa,
selaku Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Jakarta saat
diwawancarai oleh Tim Supermedia pada Selasa, (20/04).
"Ramadhan tahun ini sebenernya sama dengan ramadhan tahun lalu, yaitu sama-sama di masa pandemi. Hanya bedanya kalau tahun lalu itu pandeminya baru dimulai. Tetapi tahun sekarang pandeminya sudah berlangsung selama setahun lebih. Oleh karena itu, kalau tahun kemarin itu kita sangat berhati-hati betul, sekarang agak longgar. Namun, tetap dalam protokol kesehatan. Dalam ketetapan pemerintah itu, untuk maksimal kapasitas ibadah 50 %. Namun, di Muhammadiyah majelis tarjih itu lebih hati-hati, maksimal 30%." Ujarnya.
Selain ibadah, kita juga harus bersedekah, yang dalam Al-Qur’an surat Al-Qasas ayat 54 juga telah ditegaskan. Saat pandemi seperti ini, bersedekah atau infaq dapat dialokasikan untuk pencegahan penaikan kasus Covid-19. "Dalam situasi seperti ini dana infak, sodaqoh dan lain sebagainya itu bisa dialokasikan kepada penangan Covid-19, seperti biaya pengobatannya, pencegahannya, dan lain sebagainya." Tuturnya.
Meskipun masih dihadapkan dengan pandemi, ramadhan tahun ini tidak boleh lengah. Jangan sampai menurunkan ke-khidmatan dari bulan suci ini. Ramadhan masa pandemi tetaplah sama seperti Ramadhan sebelumnya, hanya saja sedikit berbeda saat melaksanakan ibadah shalatnya. Sopa mengatakan, dari pandemi ini kita memiliki hikmah, yaitu saat menghadapi kesulitan seperti ini jangan membuat kita semakin kecil (semangat beribadahnya). Justru sebaliknya, semakin kuat.
Selain menjadi kuat, ia juga mengatakan bahwa yang terpenting dari bulan suci ini, yaitu nilai-nilainya, seperti kesederhanaan saat berbuka dan sahur. "Suasana ramadan yang seperti ini, jangan disuguhkan dengan kemewahan, melainkan yang terpenting, yaitu nilai-nilai ramadhannya, seperti kesederhanaan dalam berbuka puasa dan sahur”.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, dahulu, Nabi Muhamad SAW berbuka dengan hanya tiga butir kurma dan air putih. Kenapa berbuka dengan kurma? Karena kurma adalah makanan yang paling mudah didapat di Arab. Hal ini memperjelas bahwa, kita, sebagai umat muslim yang berharap mengingkatkan ibadah di bulan suci ini jangan sampai kehilangan nilai-nilai pentingnya. Seperti kesederhaan.
Dengan berbagai nilai yang
penting yang harus digapai dalam bulan Ramadhan kali ini, Sopa berpesan bahwa
kita harus bisa meningkatkan kualitas ketakwaan dan senantiasa peduli terhadap sesama. "Jadi, yang terpenting yaitu bisa
meningkatkan kualitas ketakwaan kita (agar) lebih dekat kepada Allah SWT dan
lebih peduli terhadap penderitaan bersama. Karena untuk melatih hablumminallah
dan juga hablumminannas. Sehingga, nantinya bisa menimbulkan simpati dan
empati terhadap sesama.” Jelasnya. (RA, AS)
Editor: DPR