Analisis Problematika Pembelajaran Berbasis Online di Era Pandemi
Penulis : Sintia Nur Cahyani (Mahasiswa KPI UMJ)
![]() |
Ilustrasi : https://www.npr.org/2020/03/19/817885991/panic-gogy-teaching-online-classes-during-the-coronavirus-pandemic |
Pandemi
Corona saat ini masih menjadi hal yang sering dibicarakan, pandemi ini
menyebabkan pergeseran semua gaya hidup masyarakat, termasuk didalam sektor
pendidikan pada kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran lewat media online
atau dalam jaringan
dianggap sebagai solusi
pada era pandemi
Covid-19 saat ini. Bagaimana tidak, semua aktivitas sosial mulai
dibatasi dengan dikeluarkannya kebijakan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) karena seperti yang kita ketahui, penularan
Virus Corona ini dengan mudah menyebar melalui sentuhan atau aktivitas fisik
dari penderita kepada orang yang sehat. Ini adalah salah satu langkah prefentif
yang diambil Pemerintah dalam menangani dan membuat keputusan untuk mengurangi
aktivitas fisik diluar rumah, termasuk aktivitas pembelajaran. Sebab, grafik
penyebaran Virus ini menunjukkan progres yang
signifikan yang bisa kita lihat pada grafik
dibawah ini.
Memang,
pada saat ini langkah terbaik adalah mengubah cara beraktivitas yang semula
dilakukan secara tatap muka namun kini hanya sebatas media online saja, tentu
bagi beberapa orang ini bukanlah solusi. Pasalnya, media online yang dikatakan
sebagai “Solusi” dan “Jawaban” dari permasalahan ini, justru menambah beban
bagi yang belum mampu mengikutinya dan mengakibatkan banyak kendala di dalam
dunia Pendidikan, mulai dari Pendidikan dasar hingga tingkat tinggi.
Sebagai seorang mahasiswa tingkat awal, saya merasakan bagaimana rasanya perputaran roda model pembelajaran yang sangat signifikan, yang semulanya tatap muka dan interaksi begitu mudah dilakukan hanya mengandalkan pemahaman untuk bertanya dan mendiskusikan materi, namun kini menjadi begitu bergantung pada kapasitas jaringan masing-masing.
Menurut rekan mahasiswa setingkat saya yang lain, pembelajaran melalui media online seperti ini memiliki kendala dan tingkat kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan pembelajaran secara tatap muka, karena pengeluaran untuk pembelian kuota jauh lebih banyak dibandingkan pengeluaran biaya untuk transport ke tempat pendidikan itu sendiri berlangsung. Bukan sekadar kuota saja yang harus terpenuhi, akan tetapi kapasitas juga harus memadai dengan banyaknya aplikasi yang digunakan, dan tidak semua gawai memadai.
Aplikasi yang dipakai Sebagai Media Pembelajaran Berbasis Online dan Kegunaannya
Banyak ragam aplikasi yang bisa digunakan untuk melakukan pembelajaran daring. Sebagai contoh, salah satunya yaitu aplikasi zoom, yang biasa digunakan ketika ingin melakukan tatap muka secara online. Tak hanya itu, peserta didik dan pengajar juga dapat menggunakan skype, google meet, dan lainnya. Tak hanya sekadar untuk tatap muka saja, tetapi tugas tertulis juga tetap dikumpulkan, peserta didik dapat mengggunakan google classroom, disini pengajar dan peserta didik dapat saling berkomunikasi juga secara verbal dengan tertulis, pengajar dapat memberikan tugas lalu peserta didik mengumpulkan sesuai ketentuan yang ada.
Lalu hambatan finansial, dimana pengeluaran uang untuk mengikuti pembelajaran melalui media online yang pengeluarannya cukup besar dibandingkan pembelajaran tatap muka, dan juga banyak sekali siswa yang merasa bosan, atau bahkan merasa tertekan selama pembelajaran melalui media online berlangsung. Kebanyakan dari mereka paham terhadap materi karena komunikasi hanya terjadi secara oneway (satu arah). Pemberi materi sebagai komunikator (guru, dosen, dan pengajar lainnya) menyampaikan pesan itu tak langsung bisa mendapatkan feedback dari komunikan (murid, mahasiswa, dan peserta didik lainnya). Begitu pula sebaliknya, ketika peserta didik sudah memberikan feedback, peserta didik tersebut tidak bisa langsung mendapatkan efek dari feedback yang diberikannya itu. Disini hambatan komunikasi menjadi salah satu penyebab ketidak-efektifan. Karena, jika secara tatap muka, bisa saja langsung mendapatkan balasan dari suatu diskusi dan pembicaraan.
Absensi
juga menjadi permasalahan, banyak peserta didik yang mengeluh tentang absensinya.
Ada dua kemungkinan, yaitu pertama, ketika peserta didik tersebut hadir pada
saat jam pembelajaran itu, pengajar tidak memberikan keterangan hadir untuk
peserta didik tersebut dengan alasan peserta didik tersebut tidak aktif pada
saat pembelajaran, seperti diskusi, lalu kemungkinan yang kedua pengajar tidak
benar-benar memperhatikan kehadiran dari peserta didik.
Perjuangan Dibalik Pembelajaran
Berbasis Online pada Era Pandemi
Banyak sekali peserta didik yang mengeluh nilainya menurun pada saat pembelajaran online, belum begitu jelas apa alasannya. Sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkan nilai mereka menurun, namun tidak secara pasti. Bagi peserta didik yang masih di jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan, mereka mengeluhkan bahwa kebanyakan nilai mereka turun karena mereka tidak memahami sepenuhnya materi yang disampaikan.
Lalu kebijakan masing-masing pengajar juga berbeda-beda, termasuk dalam memberikan penilaian. Ada pengajar yang menuntut keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar, baik dalam mengumpulkan tugas, melaksanakan presentasi, selalu mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan hingga memberikan kritik dan saran, sampai absensi pun sangat diperhatikan.. Lalu ada juga pengajar yang sangat memperhatikan kehadiran dan tugas saja, ia tidak begitu mempermasalahkan jika peserta didiknya itu pada saat belajar dengannya kurang aktif. Baik untuk memberikan pertanyaan atau menjawab pertanyaan, bahkan sampai menambahkan referensi materi yang terpenting hanya peserta didik tersebut hadir dalam kelas pembelajaran online itu dan mengumpulkan tugas, maka pengajar itu akan memberikan nilai yang baik.
Selain itu, masih banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih belum bisa mengoptimalkan penggunaan media online ini secara optimal, banyak dari mereka yang belum mengerti dan gagap teknologi, sehingga akan banyak mengulur waktu untuk memulai jam pembelajaran.
Sangat diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan peserta didik. Dalam hal ini, awal pembelajaran berbasis online ini berjalan dengan baik, namun semakin berjalannya waktu tidak lama pembelajaran seperti ini tak berjalan baik seperti sebelumnya karena banyak sekali dirasakan kendala- kendala dalam pelaksanaannya. Waktu yang cukup cepat untuk menujukkan bahwa pembelajaran berbasis online ini tak sesuai dengan ekspetasi yang dibayangkan sebelumnya, yaitu saat mengambil langkah ini sebagai solusi.
Memang, ini bukanlah hal yang
menjadi keinginan kita untuk ada di kondisi seperti ini. Namun sekiranya apa
yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan pembelajaran berbasis online ini,
maka lakukanlah sebaik mungkin. Masih banyak kekurangan yang tidak bisa
dihindarkan yang menyebabkan penurunan kualitas Pendidikan pada peserta didik.
Namun yang pasti, untuk perpanjangan waktu harus
dipertimbangkan kembali dan sesegera mungkin untuk pembelajaran berbasis online
ini beralih ke pembelajaran tatap muka seperti biasa dengan berbagai
persyaratan yang bisa dipertimbangkan lagi.