Temukan Bahagiamu Sendiri
Setiap orang memiliki makna bahagia yang berbeda-beda,
ada yang memakainya dari segi fisik, ada juga yang memaknainya dari segi
rohani. Tidak salah memang ketika kita memaknai kebahagiaan dari segi fisik,
contohnya seperti kebahagiaan karena hidup dengan bergelimang harta kekayaan
ataupun popularitas. Namun, faktanya tidak sedikit orang yang memiliki itu
semua justru tidak merasakan kebahagiaan malah kesengsaraan. Mengapa? Penyebabnya
tentu karena ketidakmampuan mengelola itu semua untuk memenuhi kebutuhan
rohani, kegagalan untuk mencari makna positif dari semuanya, tak heran jika
banyak yang akhirnya depresi sampai bunuh diri.
Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa kebahagiaan
terletak dalam keberhasilan kita mencari makna positif dari kehidupan. Ya,
meski untuk mencari makna positif tidaklah mudah, walaupun kita yakin bahwa
semua yang terjadi atas kehendak Allah, tapi memang untuk mendapatkan makna
positif sulit karena kita harus melawan ego dan nafsu kita sendiri. Maka, cara
sederhana yang dapat kita lakukan ialah dengan menggeser sudut pandang kita
terhadap personal yang sedang kita alami, tentunya berbekal dengan kita
husnudzan terhadap Allah
SWT sesuai firman-Nya dalam hadits qudsi أَناَ عِندَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
“Sesungguhnya Aku (Allah)
sesuai dengan prasangka hambaKu…”
Contohnya
ialah seperti ketika orang Jawa mendapat musibah pasti tetap saja mencari
untung, misal ada keluarga yang mengalami kecelakaan sampai motornya rusak parah, masih ada saja anggota keluarga yang mengatakan “Untung cuman motornya,
orangnya masih hidup” bahkan jika sampai orangnya yang meninggal pun ada yang
bilang “Untung langsung meninggal, daripada hidup nanti kasihan.”
Maka,
kebahagiaan adalah kemampuan kita untuk siap sedia menghadirkan makna positif
atas apa pun yang terjadi pada kita. Lantas bagaimana cara melatihnya?
Pertama, kuatkan
kesadaran dalam diri kita bahwa pada dasarnya kehidupan ini penuh dengan
kebaikan, berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain yang akhirnya
membuat kita sulit bersyukur. Kedua, bangun kemauan untuk terus maju.
Sering kali kita gagal sebelum mencoba, kita meremehkan kemampuan diri kita,
bahkan kita berputus-asa, padahal Allah berfirman dalam Q.S Yusuf ayat 87 bahwa
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَا تَاۡيْـئَسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗ اِنَّهٗ
لَا يَاۡيْـئَسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang
yang kafir." (QS. Yusuf 12: Ayat 87)
Ketiga, latih
diri kita agar tidak mudah terbawa suasana, latihlah diri kita agar bisa
mengelola hati dan pikiran kita agar tetap tenang dalam kondisi apa pun.
Bagaimana cara meraih
kebahagiaan?
Pertama, Berusaha semaksimal mungkin mencapai cita-cita
Kita harus berusaha dengan maksimal untuk mencapai apa yang kita
cita-citakan, jangan sampai kita menyerah sebelum berusaha. Namun, cara ini memiliki
risiko jika kita gagal dalam usaha meraih cita-cita, biasanya akan sangat sedih
larut dalam kekecewaan.
Kedua, mengurangi atau menekan keinginan
Dengan kita mengurangi keinginan, secara otomatis peluang kita
untun gagal semakin berkurang, maka berkurang juga peluang kita untuk merasakan
kekecewaan. Tapi, hal ini tentu bertolak belakang dengan fitrah manusia yang
selalu tidak puas, ada saja hal yang kita inginkan. Maka, cara ini bisa
dikatakan kurang realistis atau hanya dilakukan oleh orang yang pesimis dalam
hidupnya.
Ketiga, mengelola hati dan akal
Kitab tanamkan sifat syukur, sabar, dan senantiasa husnudzan atas
apa pun yang Allah takdirkan untuk kita, atau dalam istilah Jawa disebut “Nerimo
ing pandum”. Meskipun demikian, cara ini sama sekali tidak bertentangan
atau menihilkan dua cara tadi, mari kita selalu berusaha dengan maksimal untuk
menggapai harapan kita, tetapi ingat bahwa kemampuan kita hanyalah sebatas
berusaha, perihal hasil tentu Allah yang menentukan, kita harus siap untuk
sabar dan syukur atas apa pun yang kita terima. Kita yakin bahwa Allah yang
memuliakan seseorang ataupun menghilangkan kemuliaan itu, sesuai firma-Nya
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ
مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ
مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan,
Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau
cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 26)
Dan juga Allah tidak akan memberikan ujian kepada kita di luar
kemampuan kita.
Kapan kita bahagia?