SUARA PERUBAHAN: Kreatif, Inovatif, Religius

1 Mei: Mengenang Perjuangan dan Menghargai Keringat Kaum Buruh

Oleh Siti Nur Asyila  

Pict by Pinterest

Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional, sebuah momen penting yang menjadi simbol perjuangan panjang para pekerja dalam menuntut hak-hak dasar mereka-mulai dari jam kerja yang manusiawi, upah yang layak, hingga kondisi kerja yang aman dan adil. Di balik peringatan ini, tersimpan sejarah kelam sekaligus penuh semangat juang yang tak boleh dilupakan. 

Akar dari peringatan ini berasal dari Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, tepatnya pada 1 Mei 1886 di kota Chicago. Saat itu, ribuan buruh turun ke jalan menuntut pemberlakuan sistem kerja delapan jam sehari. Gerakan ini memuncak dalam peristiwa yang dikenal sebagai Haymarket Affair, sebuah aksi demonstrasi yang berujung bentrokan berdarah antara demonstran dan aparat kepolisian. Peristiwa ini kemudian menjadi simbol perlawanan buruh terhadap ketidakadilan sistem kerja saat itu.

Sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan tersebut, Kongres Buruh Internasional pada tahun 1889 menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional. Sejak itu, tanggal ini menjadi momen solidaritas global bagi pekerja di berbagai negara. 

Di Indonesia, Hari Buruh sudah dikenal sejak zaman kolonial, dan perayaannya sempat menjadi tradisi di masa awal kemerdekaan. Namun, pada masa Orde Baru (1966-1998), peringatan ini dilarang karena dianggap memiliki kaitan dengan ideologi komunis. Selama puluhan tahun, suara buruh terpinggirkan dan tidak mendapatkan ruang yang semestinya. 

Baru pada tahun 2013, pemerintah Indonesia kembali mengakui pentingnya peringatan ini dengan menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional. Keputusan ini diambil oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bentuk pengakuan terhadap kontribusi besar kaum pekerja bagi pembangunan bangsa.

Kini, setiap tanggal 1 Mei, kita menyaksikan berbagai aksi unjuk rasa dan demonstrasi dari serikat-serikat pekerja. Mereka menyuarakan tuntutan atas keadilan upah, jaminan sosial, perlindungan hukum, serta kesejahteraan yang lebih baik. Meskipun kadang diwarnai ketegangan, esensi dari peringatan ini tetap sama: memperjuangkan hak dan martabat buruh sebagai tulang punggung pembangunan. 

Peringatan Hari Buruh bukan sekadar seremoni atau ajang demonstrasi tahunan, melainkan pengingat bagi kita semua bahwa di balik roda ekonomi yang terus berputar, ada tangan-tangan pekerja yang berjasa besar. Sudah sepatutnya kita menghargai mereka, tidak hanya dengan kata-kata, tapi juga dengan kebijakan dan tindakan nyata.