SUARA PERUBAHAN: Kreatif, Inovatif, Religius

A.H Nasution: Jenderal 'Tukang Salat' yang Selamat dari Peristiwa G30S/PKI

Penulis : Nafil Ahmad  


Foto: Jenderal Abdul Haris Nasution dalam Buku "Jalasveva Jaya Mahe" (1960).

Supermedia - Shalat merupakan kegiatan Ibadah bagi pemeluk agama Islam agar terhindar dari perbuatan keji dan munkar, bahkan dapat mencegah dari bahaya dan musibah. Hal itu sudah seharusnya dilakukan seorang muslim untuk mengungkapkan rasa syukur atas karunia dan kenikmatan yang telah di berikan oleh Allah SWT.

Jenderal Besar TNI (Purn) Dr. H. Abdul Haris Nasution atau akrab disapa Pak Nas ini adalah salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki TNI dan bangsa Indonesia. Salah satu Jenderal yang ditargetkan penculikannya pada peristiwa G30S/PKI 1965 silam itu. Dari peristiwa ini, kita bisa sedikit menyadari bahwa meninggalkan shalat sekali bisa menjadi penyesalan seumur hidup.

Dikisahkan ketika sedang menjalani rapat dengan Presiden Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia. Saat itu telah tiba waktu shalat, Nasution selalu meminta izin undur diri untuk mendirikan shalat terlebih dahulu.

Dikisahkan juga sewaktu Nasution melakukan kunjungan ke Canberra, Australia pada saat menjadi tamu untuk menemui Perdana Menteri negeri tersebut. Ketika sedang asyik berbincang, ada seorang kolonel yang selalu melaporkannya bila waktu salat telah tiba dan langsung mempersilakan Nasution untuk menunaikannya. Padahal ketika itu Ia menjamak salat zuhur dan ashar dalam satu waktu.

Tidak hanya itu, ini dimuat dalam Majalah PEHAI (Perdjalanan Hadji Indonesia) No.1 Tahun 1965, Nasution menceritakan pengalaman menariknya saat kunjungan ke Moskow, Rusia untuk membeli senjata yang bertepatan dengan hari Jumat. Ketika perundingan dengan pihak Uni Soviet belum selesai, Ia berkata “Saya lihat arloji menunjukkan telah tiba saatnya untuk shalat Jumat. Kepada sidang saya segera minta diri untuk sholat”. Katanya dalam majalah itu.

Seorang perwira Soviet mengantarkan sang Jenderal pergi ke masjid. Saat dilihatnya Ia membuka sepatu, perwira itu pun ikut membuka sepatunya. Ia terus mengikuti Jenderal           Nasution. Ketika Sang Jenderal menunaikan salat, si perwira pun turut ikut. Sang Jenderal berdiri ia berdiri, Sang Jenderal rukuk ia rukuk. Sang Jenderal sujud ia pun sujud demikian seterusnya. Sesudah salam Jenderal bertanya kepadanya “Apa yang dibacanya waktu mengikuti saya salat?”

Perwira itu hanya menggelengkan kepala, tak suatu pun yang dibacanya. Karena ia bukan seorang Muslim. Jadi kenyataan ini menunjukkan, dengan shalat, kita akan dihormati dimana-mana.

Sebuah anekdot di kalangan TNI tentang Jenderal besar AH Nasution ketika memimpin TNI Angkatan Darat “Kalau mau naik pangkat, rajinlah bersembahyang, dan diketahui oleh Jenderal Nasution”.

Tidak bisa dimungkiri, jika Jenderal Nasution ini selamat dari target utama penculikan dan pembunuhan PKI, lantaran menurut pengakuan istrinya, Allah SWT membangunkan sang Jenderal dengan gigitan nyamuk, sekitar 10 menit sebelum PKI mendobrak rumahnya, sehingga ia bisa siaga dan bisa kabur ke pagar belakang.

Salat memang menjadi bagian tak terpisahkan dari AH Nasution. Sebagai seorang muslim yang taat, mendirikan solat adalah hal yang kewajiban utama. Tetapi yang menarik dimanapun Pak Nas berada, Ia selalu moncoba untuk salat tepat pada waktunya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Salim, Agus. 2008, Seri Biografi Tokoh:Jenderal besar A.H. Nasution:Bapak Angkatan Darat & Pemersatu Bangsa. Jakarta; Intimedia Cipta Nusantara

Artikel Terkait