Beragama Secara Saintifik
Memang tidak banyak yang tertarik dengan pembahasan ini, tapi bukan
jadi masalah barangkali bisa menjadi wawasan keilmuan jika kalian malas membaca
buku yang beratus-ratus halaman. "Agama dan Sains" dua hal yang
berbeda, tapi saling membutuhkan. Ranah
keduanya pun berbeda, agama merupakan
ranah keyakinan terhadap wahyu bukan berarti agama merupakan ajaran yang tidak
dapat dipahami secara akal. Sedangkan,
sains singkatnya merupakan ilmu pengetahuan yang membutuhkan observasi dan
penelitian ini hanya definisi-definisi yang ringkas.
Jelas masih banyak definisi yang pas keduanya jelas berbeda, tapi
bukan berarti saling bermusuhan. Pembahasan keduanya tidak terlepas dari
orang-orang yang menganggap bahwa agama dan sains adalah satu. Kedua, mereka
yang menganggap bahwa agama dan sains tidak bersatu—Kontradiktif.
Meskipun tanpa sadar keduanya telah menjadi penyempurna jalannya
kehidupan maka pemuka agama yang tidak menolak perkembangan sains itu sangat
menguntungkan. Contoh, ketika kita dilanda virus corona, sains kedokteran meneliti bahwasanya virus
ini sangat cepat menular. Pemuka agama yang baik dan benar akan menyuruh para
pengikutnya untuk menetapkan protokol kesehatan guna memutus rantai virus corona.
Dia tahu bahwa para ahli kedokteran telah mengumumkan virus ini.
Berbeda halnya dengan orang yang menolak perkembangan zaman. Merasa
paling dekat dengan Tuhan sehingga tanpa pengetahuannya terkait sains, dia tidak percaya bahwa virus itu ada. Padahal, bukan cuma virus yang menular, tapi
kebodohan yang disampaikan oleh sebagian orang terpandang di masyarakat juga
sangat cepat menular. Makanya tidak
heran di masjid ada orang yang memaksa orang lain untuk membuka masker. Ada
orang yang merasa yakin bahwa corona tidak ada. Mereka yakin hanya berpasrah
kepada Tuhan, maka segala virus tidak akan bisa menyentuhnya. Ini lah gunanya
seseorang beragama yang "saintifik”
karena memberikan implikasi seseorang untuk berusaha terlebih dahulu sebelum
tawakal.
Saya tidak mau membahas lebih lanjut terkait corona ini. Saya ingin memberi sedikit pengetahuan terkait korelasi keduanya. Orang beragama seharusnya tidak anti-sains karena pada akhirnya sains juga sangat berperan untuk membuktikan kuasa Tuhan, tapi juga harus tahu diri saya dan kalian yang bukan saintis, jangan merasa pintar dengan berpikir secara pragmatik bahwa sains itu semuanya ada di dalam Al-Quran. Pasti tidak akan bertentangan. Kalau ada sains yang bertentangan dengan kitab suci maka yang salah adalah sains. Ini kan contoh orang yang pede dengan kemalasannya. Mau membantah sains, tapi dengan keyakinan. Jelas-jelas keduanya berbeda. Anda kalau membantah sains ya dengan sains dong biarkan bukan dengan keyakinan paling tidak anda menghargai usaha penelitian itu dengan tidak mencemooh jika ada sains yang sesuai dengan kitab sucinya kita merasa sok pintar.
" Noh kan sains pasti sejalan sama Al-quran"
Ini kan seolah-olah menampakan kemalasan dirinya dengan menjadikan
agama sebagai bentengnya. Jadi yang jelek adalah agama-agama yang terkesan
hanya menumpang nama atas penelitian orang barat, tapi giliran Darwin mengeluarkan
teori evolusi mengenai perubahan perkembangan manusia anda menyatakan penolakan
dengan keras tanpa ada penelitian yang jelas. Jika kita seorang muslim, tugas
kita meyakini apa-apa yang ada di dalam Al-Quran, tapi bukan untuk membantah
penelitian. Orang yang berpikir bahwa agama dan sains adalah satu, maka dia akan pusing ketika mendapati realita
bahwa sains bertentangan dengan agama. Siapa yang harus disalahkan? ini yang
dikhawatirkan ketika kita menganggap bahwa agama dan sains adalah satu. Jika
kita menyalahkan sains dan keyakinan yang nggak masuk akal keyakinan anda tidak
bisa mematahkan penelitian orang lain terlebih kalau penelitiannya seorang yang
tidak beragama—Atheist.
Profesor Quraish Shihab pernah berkata "Tolaklah ia. Atas nama ilmu terimalah.
Iya atas nama ilmu, Jangan libatkan Islam dan Al-Quran di sini".
Jadi ketika kita sepakat secara keilmuan bukan berarti kita mengingkari keyakinan. Oleh karena itu, mari menjadi religius saintifik dengan pemahaman meskipun agama dan sains adalah dua hal yang berbeda, tapi keduanya berjalan beriringan.