Peluk Jiwaku Mamah
oleh: Marselina Marsan
(Mahasiswi KPI UMJ 2021)
![]() |
Dok. Pribadi Marselina |
Dari segumpal darah aku dalam rahimmu Hingga aku menjadi makhluk sempurna ciptaan-Nya, Makhluk yang nantinya menjadi titipan untukmu Hingga aku lahir ke dunia ini.
Terdengar suara Isak tangis anak bayi yang baru hadir didunia ini, haru tangisan kebahagiaan keluarganya, dengan rasa penuh kasih sayang dirawat sampai tumbuh dewasa agar menjadi seorang anak yang berguna dan bermanfaat untuk masyarakat dan dirinya.
Banyak impian yang telah terlontarkan dari orang tua ketika anaknya tumbuh dewasa, namun sang anak yang lahir ditengah generasi millenial yang sudah terpengaruh oleh gadget.
Ketika salah satu orang tua telah pergi meninggalkan untuk selamanya baru timbul rasa penyesalan-penyelasan yang telah dilakukan semasa orang tuanya lengkap, kini harus menjadi anak yang tumbuh dewasa dan pemikiran yang dewasa.
Banyak rintangan yang harus dihadapkan namun kenyataan hidupku tak seindah ku bayangkan banyak kegagalan yang telah aku hadapi, namun aku takut untuk bercerita kepadamu hanya rasa lelah yang ku simpan dan rasa sedih yang ku simpan didalam hatiku, namun mataku tak mampu untuk menyimpan air mata.
“Peluk jiwaku mamah, yang terluka kerasnya dunia, yang tak sekuat hatimu”
Namun, aku berhasil menutupi kegagalan yang aku rasakan, aku berhasil membuat dirimu tersenyum akan sebuah kerbahasilan yang telah ku gapai walaupun tidak sebanding pengorbananmu disaat merawat ku dari segumpal darah sampai saat ini.
“Nak..kamu hati-hati yah dijalan, jangan lupa makan, jaga diri baik-baik ya”
Kata-kata yang terlontar kan disaat seorang anak ingin pergi kemana pun, sebuah pesan yang sederhana namun banyak ketakutan yang dirasakan oleh seorang ibu ketika anaknya pergi dari rumah.
“Nak…bagaimana dengan pendidikan kamu?”
“Alhamdulillah mah, baik mah”
“Alhamdulillah” (tersenyum)
Hanya mendengar kabar yang sederhana membuat seorang ibu tersenyum bahagia, anaknya yang dirawat dengan penuh kasih sayang kini tumbuh besar dengan pendidikan yang baik.
Walaupun seorang ibu Sampai saat ini masih harus berjuang sendiri tanpa seorang ayah untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya, banyak yang disimpan sendiri oleh ibu rasa lelah, cape dan sedih untuk pengorbanannya.
Waktu terus berlalu, dan aku mulai memahami betapa besar pengorbananmu, Mah. Setiap langkah yang aku tempuh, setiap keberhasilan kecil yang aku raih, adalah hasil dari doa dan kasih sayangmu yang tak pernah putus.
Aku tahu, dunia ini tak selalu ramah, dan aku pun tak selalu menjadi anak yang sempurna. Tapi, dalam setiap detik perjuanganmu, aku melihat cinta yang tak tergantikan. Cinta yang memberiku kekuatan untuk terus melangkah, meski rintangan terasa berat.
Kini, aku hanya berharap, meski tidak bisa membalas semua yang telah kau berikan, setidaknya aku mampu membuatmu bangga. Karena, Mah, setiap langkahku, setiap pencapaianku, semuanya adalah untukmu.
“Terima kasih, Mah, untuk segalanya. Dari segumpal darah hingga aku berdiri di sini, semuanya adalah berkatmu. Doakan aku, agar aku bisa menjadi anak yang pantas untukmu, dan agar senyummu tetap menghiasi hariku.”
Dan meski kau tak pernah mengungkapkan rasa lelahmu, aku tahu, kasih sayangmu lebih kuat dari apapun. Semoga aku bisa menjadi kekuatanmu seperti kau menjadi kekuatanku, selamanya.