Baitul Hikmah, Bukti Majunya Ilmu Pengetahuan pada Masa Kejayaan Islam dan Kontribusinya Dalam Peradaban Barat
Penulis: Nafil Ahmad (Mahasiswa KPI UMJ)
![]() |
Ilustrasi
“The Assemblies”. Written by Hariri, shows a library in Baghdad (source
1001inventions.com) |
Ilmu pengetahuan merupakan fondasi untuk sebuah
kemajuan, pada saat itu Kejayaan Islam ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan, peradaban, kebudayaan dan pendidikan. Fase itu dikenal dengan “The
Golden Age of Islam” atau masa keemasan Islam.
Abad keemasan
tersebut dimulai dengan bangkitnya Daulah Abbasiyah pada tahun 132 H/ 750 M. Tepatnya di masa kepemimpinan ke lima kekhalifahan
Abbasiyah merupakan masa majunya perkembangan Islam. Dinasti ini kurang
berminat terhadap penaklukan sebagaimana pada Dinasti sebelumnya yaitu Dinasti
Ummayah, tetapi pada Dinasti Abbasiyah lebih berminat besar pada arah
pengetahuan dan masalah dalam negeri.
Pada masa ini kemajuan dapat dilihat dari berbagai
aspek, seperti aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan sebagai
dampak dari majunya ilmu pengetahuan. Kemajuan ini tidak luput dari berdirinya
sebuah lembaga yang berpusat di kota Baghdad dari abad 9 sampai abad ke-13.
Lembaga
Tersebut bernama Bayt Al-Hikmah atau lebih dikenal dengan Baitul Hikmah. Baitul
Hikmah adalah pusat penelitian intelektual selama zaman keemasan Islam, didirikan
oleh Khalifah Harun al-Rasyid. Baitul hikmah pada awalnya difungsikan
sebagai perpustakaan pribadi.
Setelah
pemerintahan Harun Al-Rasyid diturunkan kepada anaknya Al-Ma’mun, pemerintahan
Al-Ma'mun memperluas dan memfungsikan Baitul Hikmah menjadi lembaga pendidikan
formal dan juga pusat laboratorium, serta menjadi
tempat berkumpulnya para peneliti untuk saling berdiskusi masalah ilmiah dan di
antaranya juga berdiskusi tentang penerjemahan dari bahasa berbeda-beda. Mulai
dari bahasa India, Yunani, Persia untuk kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Setiap
buku yang diterjemahkan tersebut kemudian didiskusikan dan dikaji. Hasil dari
diskusi dan kajian itu oleh para ilmuwan muslim dikembangkan dalam berbagai
aspek ilmu seperti matematika, filsafat, astronomi, kedokteran, fisika
bahkan juga metafisika.
Pada masa pemerintahan Al-Ma’mun, observatorium astronomi juga didirikan dan Baitul Hikmah adalah pusat yang tak tertandingi untuk studi humaniora dan ilmu Islam pada abad pertengahan. Saking besarnya, lembaga Baitul Hikmah dibagi menjadi beberapa bagian diantara ruangan-ruangannya, menjadi perpustakaan, pusat penerjemahan, markas kajian dan karangan, menara astronomi, kantor serta sekolah.
Pada pertengahan abad kesembilan, Baitul hikmah menjadi perpustakaan terbesar di dunia,Beberapa Tokoh Ilmuwan Muslim The Golden Age of Islam terkenal, karena maha karyanya yang dibuat di lembaga Baitul Hikmah, diantaranya:
Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah (Al Kindi)
Al
Kindi dipercaya oleh Khalifah Al Ma’mun untuk menjadi ketua tim penerjemah
naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan Romawi di Bayt al Hikmah.
beberapa
kontribusinya dalam ilmu pengetahuan ada banyak sekali. Salah satu diantaranya dalam bidang optik. Ia menyebutkan bahwa agar mata bisa melihat benda, perlu perantara yang bisa
mengarahkan benda ke mata. Dalam bidang kimia, Ia salah satu orang yang
pertama kali menyuling alkohol dan memproduksi alkohol pabrikan dalam jumlah
banyak.
Selain
itu beliau juga menentang para ahli kimia yg menyebutkan bahwa unsur bisa
berubah-ubah. Dalam bidang matematika, Al Kindi merupakan salah satu orang
pertama yang mengadaptasi angka India jadi sistem bilangan Hindu-Arab (0–9) yang kita pakai
sampai saat ini.
Abu
Abdullah Muhammad Ibn Musa (Al Khawarizmi)
Kata Algoritma berasal dari nama
ilmuwan ini. Kontribusi terbesar beliau adalah mengembangkan pendekatan
khusus untuk memecahkan persamaan linear dan kuadrat, yang kita kenal dengan
nama Aljabar. Konsep aljabar
ini, dia tulis dalam Kitab Al-Mukhtasar fi Hisanb Al-jabar
wal-Muqobalah atau buku rangkuman untuk kalkulasi dengan 'Melengkapkan dan
Menyeimbangkan'.
Selain
itu, beliau inilah yang berhasil memetakan pergerakan matahari, bulan, dan
kelima planet yang dia tulis dalam kitab Zij al-Sindhind (Perhitungan Astronomi Pakistan dan India).
Al Khwarizmi juga ditugaskan oleh Khalifah Al Ma’mun untuk membuat peta dunia,
sekaligus mengukur keliling bumi melalui proyeksi terhadap gerakan matahari dan
pendekatan matematis.
Proyek ini menghasilkan salah satu kitab
terbesarnya juga yaitu Kitab
surat al-Ardh (yang lebih terkenal di Barat dengan judul “Geography”).
Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali (Ibnu
Sina)
Ibnu Sina atau Avicenna .Beliau lah yang mengeluarkan mahakarya kedokteran yang berjudul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan menjadi buku pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampai abad ke-18, atau kurang lebih 700 tahun ke depan. Pada zaman itu, dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan para tabib hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem tubuh manusia bekerja.
Ibnu sina mengumpulkan
seluruh pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis
dari jaman klasik Yunani/Romawi dan Persia/India sejak jaman
Hippokrates dan Galen, sekaligus digabungkan dengan riset medis yang dilakukan
sendiri. Buku Maha Karya Ibnu sina ini yang menjadikannya disebut sebagai “Bapak Pengobatan Modern”.
Berdasarkan itu, Ibnu Sina tidak hanya mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tetapi juga mengkritik banyak perkembangan ilmu yang keliru. Berikut beberapa kontribusinya dalam ilmu penelitian, astronomi, kimia, geologi, fisika dan psikologi.
- Metodologi Penelitian: Selain buku the Canon of Medicine, beliau juga membuat “Kitab al Shifa” atau lebih dikenal dengan The Book of Healing. Dalam buku itu, Ibnu Sina meletakkan dasar-dasar dan aturan dalam menjalankan metode eksperimen dalam mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Sampai akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh Galileo yang menjadi Bapak Sains Modern.
- Astronomi: Ibnu Sina sangat membantah klaim klaim para astrolog yang menyatakan bahwa pergerakan benda langit memiliki efek kepada nasib manusia itu adalah hal yang tidak benar dan tdak masuk akal. (dalam kitab: Ar Risalah fi Ibtal Ahkam al Nujum).
- Kimia: Ibnu Sina sangat membantah klaim para alkimiawan yang menyatakan bahwa ada zat yang bisa mengubah timbal menjadi emas yang saat itu dikenal dengan istilah “The Philosopher’s Stone”
- Geologi: Dalam buku “The Book of Healing”, Beliau juga membuat hipotesis bahwa awal terbentuknya gunung adalah proses pergerakan permukaan bumi seperti gempa bumi dan pergerakan sungai.
- Fisika: Dalam bidang mekanika,Ibnu Sina mengolaborasikan teori “motion” atau gerakan. Sedangkan dalam bidang fisika optik,beliau sempat menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan. Sampai akhirnya disempurnakan oleh Ole Rømer, Maxwell, Bahkan Albert Einstein.
- Psikologi: Dalam psikologi, Ibnu Sina juga menyatakan bahwa “jiwa” itu sebetulnya hanya merupakan bentuk persepsi fisiologis kesadaran manusia, dan bukan merupakan hal yang supernatural. Filosofi mengenai kejiwaan ini mempengaruhi banyak filsuf Barat jaman Renaissance, terutama René Descartes.
Demikianlah Baitul Hikmah dalam perannya untuk menerangi dan
menaungi jalan manusia dalam peradaban ilmu pengetahuan saat itu sampai saat
ini. Dari sebuah mahakarya ilmuwan muslim tersebut yang tidak bisa disebut
satu-satu itulah yang kemudian menginspirasi para ilmuwan barat modern dalam penemuan-penemuan sains yang ada saat ini
yang telah berhasil di kembangkan.
Terhitung
pada tahun 1257, bangsa Mongol, atau dikenal dengan sebutan Kaum Tar-tar yang dipimpin Hulagu
Khan menyerbu dan memorakporandakan Baghdad, termasuk Baitul Hikmah yang ada
didalamnya, hanya sedikit dari buku buku di Baitul Hikmah yang bisa
diselamatkan, namun dari sedikit yang bisa di temukan itu menandakan Islam pernah
berada di fase yang sangat gemilang dalam dunia ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
The Great Bait
Al-Hikmah: Kontribusi Islam dalam Peradaban Barat, terjemahan Maufur. Jakarta:
Noure Books, 2013.