SUARA PERUBAHAN: Kreatif, Inovatif, Religius

Mahasiswa Organisatoris

 Penulis : Rizki Amanda

Ilustrasi: pch.vector - www.freepik.com


Supermedia - Mahasiswa pada umumnya kita kenal dengan orang yang belajar di sebuah perguruan tinggi, yaitu Universitas. Namun pada kenyataannya, itu adalah bukan identitas sejati mahasiswa itu sendiri, karena seperti halnya orang yang beragama islam pada umunya yang kita ketahui islam adalah orang yang bersyahadat dan meyakini ajaran islam, tetapi tidak cukup dengan yakin.

Sejatinya Islam adalah yang mengamalkan lima rukun Islam dan enam rukun iman. Yang tidak mengamalkan kelima rukun islam dan keenam iman yang kita imani itu bisa saja kita sebut dengan ‘islam ktp’—atau, dengan kata lain, tidak dapat memahami dan mengamalkan identitas dengan sepenuhnya.

Sama halnya dengan Islam, mahasiswa juga mempunyai identitas. Sejatinya yaitu mahasiswa harus berperan dalam masyarakat. Ada lima peran mahasiswa kepada masyarakat yaitu sebagai agent of change (agen perubahan), guardian of value (penjaganilai), iron stock (penerusbangsa), moral force (kekuatan moral), dan social control (pengontrol social).

Namun kelima sifat tersebut seiring dengan perkembangan zaman, mulai menghilang dan terkikis dalam identitas mahasiswa itu sendiri. Bagi saya, kelima identitas itu hanya sebatas identitas semu. Sekarang, kita hanya bisa melihat mahasiswa yang hedonis, pragmatis, dan apatis.

Mahasiswa Organisatoris

Mahasiswa organisatoris, atau yang sederhana kita fahami sebagai mahasiswa yang berkecimpung dan terlibat aktif di organisasi kampus adalah mahasiswa yang mempunyai jiwa humanisme atau jiwa perikemanusiaan. Walaupun yang kita lihat pada hari ini mahasiswa yang masuk organisasi dalam kampus khususnya, sangat variatif orientasinya, ada yang orientasinya keilmuan tapi tidak mau mengamalkan dan ada juga orientasinya untuk eksistensi saja. Namun, dari kedua oreintasi tersebut tidak akan bertahan lama.

Karena, lambat laun mahasiswa itu akan faham akan posisi organisasi tersebut. jikalau tidak faham juga, mahasiswa tersebut tidak akan bertahan lama dalam sebuah organisasi, dan pada akhirnya tidak faham apa-apa dan tidak mendapatkan apa-apa akhirnya menyesal, Karena istilah dari organisasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama.

Tentu tujuan organisasi yaitu memberikan ilmu untuk diamalkan dan membesarkan organisasi tersebut agar tetap bertahan lama. Oleh karena itu, kedua orientasi tersebut tidak relevan karena seorang organisatoris juga tidak hanya belajar untuk mencari ilmu apalagi mencari eksistensi semata. Mahasiswa organisatoris harus memiliki pemikiran yang seperti ini; dia belajar maka ia harus mengamalkan juga. Karena jikalau tidak seperti itu, organisasi tersebut akan mati.

Harapan Seorang yang Ingin Masuk Organisasi

Harapan seorang yang ingin masuk organisasi yang pertama adalah ilmu. Kemudian, tujuan organisasi yang akan dimasukinya. Pada dasarnya, tujuan adalah sebuah pengamalan dan teori dan tentu saja dari kedua tersebut adalah ilmu. Bagaimana sebuah organisasi itu bertahan jikalau seniornya atau orang terdahulunya tidak berfikir dengan “dia masuk untuk mencari ilmu dan mengamalkannya, kemudian membesarkannya”.

Tentu, jikalau tidak seperti itu, maka generasinya akan kecewa karena tidak sesuai dengan orientasinya dan akan bubar karena tidak sesuai dengan ekspektasi. Pada akhirnya, organisasi tersebut akan bubar karena tidak adanya generasi yang berkualitas.

Organisasi kampus, sejauh yang kita lihat adalah oreintasinya keilmuan dan pengamalan kepada masyarakat, ditambah juga dalam organisasi kampus kita mengandalkan keikhlasan semata. Bahkan, sejauh yang saya alami, organisasi dikampus tidak mendapatkan materi seperti uang bahkan kita mengeluarkan materi seperti uang demi menggapai orientasi organisasi tersebut dan memajukannya.

Di organisasi kampus, kita dituntut untuk menyelesaikan segala masalah yang ada dan menggapai cita-cita besar yang mempunyai kemungkinan yang kecil. Seperti yang di bahas oleh penulis di atas, dapat kita simpulkan bahwa berorganisasi itu harus mempunyai niat yang baik dan ikhlas. Karena kita harus menumbuhkan kepedulian kepada generasi agar nantinya bisa mengamalkan ilmu dengan ikhlas. Juga, dengan harapan terciptanya generasi bangsa yang kreatif, cerdas, inovatif dan kritis melalui diskusi belajar yang didapat dalam organisasi. Dengan itu, tentu kita telah berpartisipasi untuk masyarakat Indonesia dengan melahirkan anak bangsa yang cerdas.