SUARA PERUBAHAN: Kreatif, Inovatif, Religius

Fenomena Alam sebagai Cermin Keberadaan: Telaah Ontologis terhadap QS. AlBaqarah: 164

Oleh Ibrahim Abid Wafa

Pict by Pinterest
Pendahuluan 

Fenomena alam senantiasa menjadi objek kajian yang menarik dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk dalam kajian filsafat ilmu. Alam, dengan segala keindahan dan keteraturannya, sering kali dipandang sebagai bukti adanya kekuasaan yang lebih besar di luar pemahaman manusia. Dalam tradisi Islam, fenomena alam tidak hanya dilihat sebagai objek fisik yang dapat dianalisis secara ilmiah, tetapi juga sebagai cerminan dari keberadaan Tuhan.(Fauziah 2020) QS. Al-Baqarah: 164 menyatakan bahwa "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di lautan membawa manfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air yang menghidupkan bumi setelah matinya, dan segala makhluk yang bertebaran di bumi, serta pergantian angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal." Ayat ini menggambarkan fenomena alam sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah yang dapat menyadarkan manusia tentang eksistensi-Nya. 

Ontologi, sebagai cabang filsafat yang membahas tentang hakikat atau keberadaan, dapat memberikan kerangka teori yang relevan untuk menelaah fenomena alam dalam perspektif keberadaan Tuhan. Dalam kajian ontologis ini, alam tidak hanya dipandang sebagai entitas yang ada, tetapi juga sebagai manifestasi dari hakikat Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, fenomena alam, seperti yang diungkapkan dalam QS. Al-Baqarah: 164, menjadi cermin yang merefleksikan eksistensi Tuhan dan kekuasaan-Nya dalam menciptakan dan mengatur alam semesta.(Handoko 2024)

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji fenomena alam sebagai cermin keberadaan Tuhan melalui pendekatan ontologis, dengan merujuk pada tafsir QS. Al-Baqarah: 164 dan teori-teori dalam filsafat ilmu yang berkaitan dengan ontologi. Di samping itu, esai ini akan membahas relevansi fenomena alam dalam memperkuat pemahaman kita terhadap eksistensi Tuhan dalam kerangka ontologi dan bagaimana kajian ini dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan manusia dengan alam semesta dan Tuhan.

Fenomena Alam sebagai Tanda Kebesaran Tuhan

Fenomena alam selalu menjadi bukti nyata adanya kekuasaan Tuhan yang mengatur segala sesuatu. Dalam QS. Al-Baqarah: 164, Allah menyatakan bahwa fenomena alam seperti langit, bumi, pergantian malam dan siang, serta hujan yang diturunkan-Nya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi mereka yang berpikir. Ayat ini menggambarkan bagaimana alam semesta tidak hanya sekadar objek fisik yang ada, tetapi juga sarana untuk merenung dan mengingat eksistensi Tuhan. Proses turunnya hujan, misalnya, yang disebutkan dalam ayat ini, diartikan sebagai proses yang menghidupkan bumi yang kering, memberikan kehidupan bagi makhluk hidup, serta mengingatkan manusia akan kekuasaan Tuhan yang menciptakan dan mengaturnya.

Dari perspektif ontologi, fenomena alam ini berfungsi sebagai cermin dari keberadaan Tuhan. Ontologi dalam filsafat ilmu berfokus pada hakikat dan keberadaan suatu objek atau entitas. Dalam hal ini, fenomena alam, termasuk turunnya hujan, tidak hanya dipandang sebagai kejadian fisik semata, tetapi juga sebagai manifestasi dari Tuhan yang mengatur alam semesta dengan penuh keteraturan. Hujan yang turun dari langit merupakan contoh nyata dari ciptaan Tuhan yang memberikan kehidupan, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan hukum alam saja, tetapi juga sebagai wujud dari hakikat Tuhan yang mengatur seluruh ciptaanNya.(Fauziah 2020) 

Fenomena alam tidak hanya memberikan pemahaman ontologis, tetapi juga epistemologis. Dari perspektif epistemologi, ayat ini mengajak manusia untuk menggunakan akal dan ilmu pengetahuan untuk memahami fenomena alam sebagai tanda kebesaran Tuhan. Dalam pendekatan ilmiah, proses hujan dapat dijelaskan melalui siklus air yang melibatkan penguapan, kondensasi, dan presipitasi. Namun, Al-Qur’an mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan ini haruslah digunakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, memahami kebesaran-Nya, dan meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan. Ilmu pengetahuan, dalam hal ini, menjadi sarana untuk lebih mendalami tanda-tanda Tuhan yang tersebar di alam semesta.(NISA 2023)

Fenomena alam yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 164 mengandung nilai penting bagi kehidupan manusia. Hujan, yang menghidupkan bumi setelah kering, merupakan simbol kehidupan yang diberikan Tuhan. Nilai-nilai dalam ayat ini mengajarkan manusia untuk merawat dan menjaga bumi sebagai ciptaan Tuhan. Selain itu, fenomena alam ini juga memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia, seperti penyediaan air untuk kehidupan sehari-hari, pertanian, dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, kajian terhadap fenomena alam tidak hanya penting untuk pemahaman ilmiah, tetapi juga untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjaga kelestarian alam sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan.

Tanda Kebesaran Allah dalam QS. Al-Baqarah: 164: Perspektif Tafsir Al-Misbah

Dalam QS. Al-Baqarah: 164 mengajak umat manusia untuk merenung dan berpikir mengenai berbagai fenomena alam sebagai tanda kebesaran Allah. Dalam Tafsir Al-Misbah, penafsiran terhadap ayat ini menekankan pentingnya merenungkan penciptaan langit dan bumi sebagai bukti nyata adanya Sang Pencipta. Penciptaan langit dan bumi bukan hanya merujuk pada eksistensi fisik mereka, tetapi juga pada pengaturan yang sangat teliti. Dalam Tafsir Al-Misbah, kata "khalq" yang sering diterjemahkan sebagai penciptaan juga dimaknai sebagai pengaturan yang sangat terstruktur, dimana langit dan bumi, beserta seluruh isinya, berfungsi dalam sistem yang sangat teratur dan sempurna. Fenomena ini menunjukkan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini tidaklah terjadi dengan kebetulan, tetapi merupakan bagian dari rencana Tuhan yang maha sempurna.  

Selanjutnya, Tafsir Al-Misbah mengajak kita untuk merenungkan pergantian malam dan siang. Perputaran bumi pada porosnya yang menghasilkan siang dan malam, dengan perbedaan panjang pendeknya waktu, adalah contoh fenomena alam yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah. Proses ini tidak hanya berhubungan dengan waktu, tetapi juga menggambarkan ketelitian Allah dalam mengatur keseimbangan alam. Dalam Tafsir AlMisbah, fenomena ini dihubungkan dengan bagaimana Tuhan dengan hikmah-Nya menjaga ritme alam agar berjalan sesuai dengan tujuan-Nya, memberikan manfaat yang sempurna bagi kehidupan di bumi ini.

Tafsir Al-Misbah juga mengajak kita untuk berpikir tentang fenomena alam lainnya yang diungkapkan dalam ayat ini, seperti turunnya hujan dan peran angin. Dalam Tafsir Al-Misbah, proses hujan yang turun melalui siklus yang dimulai dari penguapan air laut, pembentukan awan, hingga akhirnya jatuh ke bumi, dipandang sebagai suatu proses yang penuh dengan hikmah. Semua proses ini sangat berguna bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Begitu juga dengan angin yang memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan iklim dan mempengaruhi kondisi kehidupan di bumi. Semua fenomena ini, meskipun dapat dijelaskan melalui ilmu pengetahuan, tetap menjadi tanda kebesaran Allah yang harus direnungkan oleh umat manusia, yang memperlihatkan bukti nyata tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. Namun, sayangnya, meskipun bukti-bukti ini begitu jelas, masih ada saja sebagian orang yang mengingkari wujud dan keesaan Allah.(Shihab, n.d.) 

Tafsir Al-Misbah memberikan pemahaman yang mendalam mengenai kata khalq dalam QS. Al-Baqarah: 164 yang diterjemahkan sebagai penciptaan. Kata ini, menurut Quraish Shihab, tidak hanya mengandung arti penciptaan, tetapi juga pengukuran yang sangat teliti atau pengaturan yang sangat presisi. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan penciptaan langit adalah benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, dan bintang-bintang yang beredar dengan sangat teratur. Semua benda langit ini, meskipun tampak terpisah, berfungsi dalam sistem yang sangat terorganisir dan saling terkait. Keteraturan ini menunjukkan betapa sempurnanya pengaturan Allah terhadap alam semesta. Pergantian malam dan siang yang terjadi akibat perputaran bumi pada porosnya juga merupakan contoh dari kebesaran Allah. Proses perputaran ini bukan hanya menghasilkan perubahan waktu, tetapi juga mempengaruhi banyak aspek kehidupan, seperti panjang pendeknya siang dan malam, yang juga menunjukkan kesempurnaan pengaturan Tuhan. 

Selain itu, ayat ini juga mengajak kita untuk merenungkan tentang fenomena lain yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti turunnya hujan dan berbagai binatang yang diciptakan Allah. Hujan yang turun dari langit, dalam proses yang sangat teratur dari penguapan hingga presipitasi, memberikan kehidupan bagi bumi dan segala yang ada di atasnya. Proses alam ini, yang melibatkan angin, hujan, dan suhu, mengingatkan kita akan betapa Allah mengatur kehidupan dengan penuh kehendak dan hikmah. Begitu pula dengan berbagai binatang, baik yang berakal seperti manusia maupun yang tidak, yang semuanya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup di bumi. Semua fenomena ini adalah bukti nyata dari keesaan dan kebesaran Allah yang harus direnungkan oleh orang-orang yang menggunakan akalnya. Sayangnya, meskipun tanda-tanda tersebut sangat jelas dan nyata, masih ada sebagian orang yang mengingkari wujud dan keesaan Allah. Padahal, setiap fenomena alam ini merupakan bukti tak terbantahkan dari kebesaran-Nya.(umar mukhtar 2024)

Kesimpulan  

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, fenomena alam dalam QS. Al-Baqarah: 164 bukan hanya sekadar objek fisik yang dapat dianalisis melalui sains, tetapi juga memiliki dimensi ontologis yang mendalam. Penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, serta fenomena hujan dan angin adalah manifestasi dari kebesaran dan kekuasaan Allah yang teratur dan teliti. Dalam Tafsir Al-Misbah, pengertian kata khalq (penciptaan) merujuk pada pengaturan yang sangat presisi, menggambarkan betapa sempurnanya sistem alam yang diatur oleh Allah. Semua fenomena ini mengarah pada pemahaman bahwa alam semesta adalah tanda nyata dari keberadaan dan kekuasaan Tuhan.

Selain itu, fenomena alam yang dijelaskan dalam ayat ini juga memberikan pemahaman epistemologis tentang bagaimana kita sebagai manusia seharusnya merenungkan dan memanfaatkan akal pikiran kita untuk memahami tanda-tanda kebesaran Tuhan. Setiap peristiwa alam, baik itu proses penguapan air menjadi hujan atau perputaran bumi yang menghasilkan malam dan siang, adalah bagian dari sistem yang lebih besar yang Allah ciptakan dengan hikmah. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan seharusnya tidak hanya menjadi alat untuk memahami dunia material, tetapi juga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan meningkatkan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya.

Akhirnya, meskipun bukti kebesaran dan keesaan Allah sangat jelas di depan mata, masih banyak orang yang mengingkari wujud dan kekuasaan-Nya. Oleh karena itu, sebagai umat yang berakal, kita diingatkan untuk selalu merenung dan berpikir tentang alam semesta sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Tanda-tanda ini bukan hanya untuk dipahami secara ilmiah, tetapi juga untuk menguatkan iman kita dan mendorong kita untuk menjaga alam serta menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan kesadaran akan keterhubungan kita dengan Sang Pencipta.


Daftar Pustaka  

Fauziah, Indah Nur. 2020. “Menelaah Konsep Fluida Dalam Q.S Al-Baqarah Ayat         164 Menggunakan Pendekatan Filsafat Ilmu.” Prosiding Inteerkoneksi Islam &          Sains, 196– 97.

Handoko, Alip Toto. 2024. “ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN PERSPEKTIF             ISLAM.” QOLAMUNA, 108–9.

NISA, RANI KHAIRUN. 2023. “Ayat-Ayat Kauniyah Dan Implikasi Teologisnya            Dalam AlQur’an,” no. 3–7.

Shihab, Quraish. n.d. Tafsir Al Misbah.

Umar Mukhtar. 2024. “Tafsir Al Baqarah 164: Di Balik Turunnya Hujan,” 1–2.